si kepik bingkie
Selasa, Mei 30, 2006
biarkan ia kembali
Selalu ada yang menggugah jiwa, saat tulisan ini dibaca.
Tulisan dibawah adalah tulisan dari Mohammad Fauzil Adhim dalam bukunya “Membuka Jalan ke Surga”. Saya tulis ulang dan pernah saya posting di milis PesantrenEYI@yahoogroups.com (23 Desember 2004) saat seorang sahabat kehilangan ayahandanya tercinta.
Hari ini, kembali saya posting, karena mendengar seorang kawan telah kehilangan calon jabang bayinya.
Semoga ada hikmah yang bisa kita ambil dari tulisan sederhana ini, dan semoga bertambah keikhlasan kita dalam menjalankan kehidupan –apapun yang Allah gariskan buat kita–, sebelum saatnya tiba, kita pun memenuhi panggilan-Nya. Amin.
Sesungguhnya Kami menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada Kami-lah tempat kembali (semua makhluk). (Q.S. Qaaf [50] : 43)
* * * * * * *
Biarkan Ia Kembali (Mohammad Fauzil Adhim)
SETIAP YANG BERJIWA akan berjalan menuju satu titik perhentian. Kalau masa itu telah sampai, semuanya akan tunduk menerima takdir. Masing-masing kita akan memenuhi panggilan-Nya. Tiap-tiap jiwa akan datang memenuhi sesuai dengan garis waktu yang telah ditentukan-Nya.
Kematian bukanlah tragedi. Kematian juga bukan malapetaka, karena setiap kita pasti akan mengalaminya. Tak ada yang memilukan dengan kematian jika ia datang di saat kita berserah diri kepada-Nya, dan Allah berkenan memanggil kita dengan seruan-Nya yang mesra, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka, masuklah ke dalam (barisan) hamba-Ku dan masuklah ke dalam Surga-Ku,” (QS al-Fajr [89]: 27-30).
Kadang kematian berarti kasih-sayang Allah atas hamba-hamba-Nya. Ia memanggil anak-anak kita ketika mereka belum dapat dimintai pertanggung-jawaban. Mereka inilah yang pasti akan menghuni surga. Mereka inilah yang dapat mengantarkan ke pintu surga dengan lebih mudah, ketika masa itu tiba. Mereka datang memenuhi panggilan-Nya tatkala tak ada dosa yang bisa dicatat, dan tak ada keburukan yang harus membebani.
Kalau kemudian ada airmata yang harus jatuh, biarkanlah ia menghangatkan jiwa kita. Semoga titik airmata itu dapat menjadi pengingat untuk menata hidup yang lebih baik. Semoga pula titik airmata itu menyuburkan keikhlasan hati kita untuk mengimani-Nya dengan lebih tulus, menyembah-Nya dengan lebih khusyuk dan menyisihkan harta kita untuk kita sampaikan kepada hamba-hamba-Nya yang membutuhkan dengan niatan yang lebih jernih.
Tak ada yang salah dengan airmata karena ditinggal mati oleh buah hati kita. Abu Mas’ud al-Anshari dan Qarazah bin Ka’ab pernah berkata, “Rasulullah saw. membolehkan kami menangis ketika ditimpa musibah asalkan tidak disertai dengan ratapan,” (HR Ibu Abi Syaibah dan Thabrani, disahihkan oleh al-Hakim).
Ya, jiwa yang bersih pun akan pernah merasakan sedih. Tak ada yang dapat memberi ketentraman jiwa kecuali kesadaran bahwa semua milik Allah, dan Ia akan mengambil kembali milik-Nya. Sewaktu-waktu. Sesungguhnya, semua berasal dari Allah dan kepada-Nya semua akan kembali.
Berkenaan dengan kepergian seorang buah hati, teringatlah saya kepada Ummu Sulaim. Perempuan mulia ini disebut-sebut namanya karena peristiwa yang berkait dengan kematian anaknya. Ketika itu suaminya –Abu Thalhah– sedang tidak ada di rumah. Mendapati anaknya meninggal, Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya, “Janganlah kalian ceritakan kepada Abu Thalhah perihal anaknya. Biarkan aku sendiri yang akan bercerita kepadanya.”
Ketika Abu Thalhah datang, begitu Anas ra. bercerita, Ummu Sulaim menghidangkan santap malam kepadanya. Setelah Abu Thalhah puas makan dan minum, Ummu Sulaim pergi ke kamar untuk berhias secantik mungkin sehingga bangkitlah hasrat Abu Thalhah.
Sesudah terpenuhi apa yang menjadi keinginan Abu Thalhah, Ummu Sulaim berkata, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana menurutmu jika ada satu kaum meminjamkan barangnya kepada suatu keluarga, kemudian mereka meminta kembali barang yang dipinjamkan tersebut, apakah keluarga tersebut berhak menolaknya?”
“Tidak,” jawab Abu Thalhah.
“Kalau begitu,” kata Ummu Sulaim, “tabahkanlah hatimu dengan kematian anakmu.”
Mendengar penuturan Ummu Sulaim, Abu Thalhah marah. Kata Abu Thalhah, “Kamu biarkan aku menikmati pelayananmu, kemudian baru kamu beritahukan kepadaku tentang anakku.”
Abu Thalhah bergegas pergi menemui Rasulullah saw. dan menceritakan apa yang telah terjadi. Rasulullah saw bersabda, “Mudah-mudahan Allah memberi barakah pada malam yang telah kalian lewati dengan manis itu.”
Benar. Allah memberi barakah pada malam yang telah mereka lewati. Allah beri barakah pada keikhlasan hati Ummu Sulaim. Kepada mereka, kelak Allah beri keturunan yang bernama Abdullah dengan segala keutamaannya. Berbekal kesabaran dan ketabahan jiwa, Allah memberikan banyak keistimewaan padanya. Dia antaranya dituliskan oleh Abdul Halim Abu Syuqqa dalam Kebebasan Wanita.
Semoga yang telah pergi menjadi kebaikan bagi yang masih hidup. Semoga kita dapat mencapai titik keikhlasan dan kepasrahan kepada-Nya, ketika saat itu tiba.*
Label: spesial
Selasa, Mei 23, 2006
plesir: outbond - pasirmukti
Bukan cuma murid SD aja yang punya kegiatan belajar diluar sekolah (baca: karyawisata). Murid TK juga punya kegiatan macam itu. Seperti TK-nya Mas Elang, yang tahun ajaran ini punya program belajar keluar berupa outbond ke Pasirmukti, hari Sabtu, 18 Februari 2006 lalu. Lokasinya di sekitar Cibinong, jadi nggak terlalu jauh dari Jakarta.
Paket yang diambil oleh sekolah bukan paket adventure. Tapi kegiatan yang lebih banyak belajar mengenal alam, seperti menanam, memancing, memberi makan ikan dan bebek, juga … nyemplung ke sawah….. Dan beberapa teman Mas Elang berkesempatan naik kerbau (sayangnya Mas Elang nggak sempet, karena waktunya mepet). Nha… kapan lagi anak2 Jakarta bisa ngerasain naik kerbau?
Anak2 Jakarta semestinya memang diberi kesempatan untuk mengenal dan belajar hal-hal yang nggak ada di kota. Contohnya sawah. Seberapa banyak lahan sawah ada di Jakarta? Yang jelas, sebelum ke Pasirmukti, Mas Elang belum pernah liat sawah. Makanya, sewaktu memasuki lokasi yang dikelilingi sawah, komentar Mas Elang adalah: “Bunda, liat ada danau!” Gubrakkk….
Seperti biasa n selalu, Bunda males bawa kamera. Thanks to technology, sehingga kamera ponselpun bisa dimanfaatin.
Walaupun belepotan lumpur coklat, Mas Elang bener2 having fun. Liat aja nih gayanya waktu lomba tarik tambang (Kelompok A vs. Kelompok B) di tengah kubangan Lumpur, di siang bolong pula! Trus ada Mas Elang berfoto sama sohib di kelasnya, Dani. Stylenya matching kan? Loreng bo’....
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak beriman. (Q.S. Asy Syu’araa’ [26] : 7-8)
Senin, Mei 22, 2006
plesir: karyawisata - bandung
Sabtu, 29 April 2006 yang lalu, Bunda sempet mendampingi Abang Nanda yang karyawisata ke Bandung bersama rombongan sekolahnya. Tempat-tempat yang dikunjungi adalah Museum Geologi, Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), dan Spirit Camp.
Oh ya, begitu masuk Bandung, nomor satu yang terekam di benak adalah: Bandung nggak sesejuk dulu lagi….
Museum Geologi
Abang Nanda seneng banget di Museum Geologi. Takjub ngeliat fosil dinosaurus, maket gunung berapi, contoh batu2 alam, maket tambang offshore, maket tambang tembaga di Tembagapura, juga alat2 untuk menambang dan alat2 untuk memantau aktivitas gunung berapi. Saking senengnya, Abang malah nggak ngikutin tour guide-nya. Sibuk banget kesana-kesini, liat-liat. Sayangnya, pemutaran slide tentang geologi Indonesia yang diputar di auditorium pada akhir kunjungan, berlangsung dengan menyedihkan. Gara2, infokusnya mati melulu, jadi banyak waktu yang kebuang. Dan Guru2pun mutusin untuk nggak menuntaskan acara menontonnya, karena rombongan masih harus mengunjungi tempat lain.
(Note: berhubung nggak bawa kamera, jadi motretnya pake ponsel. Makanya hasilnya nggak maksimal. Yang penting ada dokumentasi lah....)
Sasana Budaya Ganesha
Lokasinya di ITB. Tiba sana rombongan langsung naik ke lantai 4 (betul-betul perjuangan bo’!) untuk nonton di teater kubah. Film yang diputar judulnya “Season“. Karena efek 3 dimensinya, teriakan2 anggota rombongan (kelas 1 s/d kelas 6) pun menjadi backsound sepanjang pemutaran film.
Usai nonton, anak2 diberi kesempatan untuk melihat dan mencoba percobaan2 sederhana. Ada bermacam alat2 di luar teater kubah yang bikin anak2 takjub. Diantaranya efek cermin ini…
Setelah makan siang & sholat Dzuhur di Sabuga, rombongan melanjutkan perjalanan ke....
...Spirit Camp
Ide dasar panitia sih, supaya anak2 bisa ngerasain metik buah strawberi. Tapi ternyata di Spirit Camp, lahan kebun strawberinya nggak terlalu luas. Dan bukan hanya punya tanaman strawberi aja, tapi juga ada tanaman lain.
Disana, acaranya diisi dengan permainan (anak2 dibagi menjadi 2 kelompok : kelas 1-3 dan kelas 4-6), pembagian hadiah, dan acara bebas.
Walapun nggak dapat hadiah, tapi Abang dikasih 4 buah strawberi kecil (yang kemudian habis dimakan di bis -dalam perjalanan pulang J).
Jam 5 sore, rombongan kembali ke Jakarta. Bunda dan Nanda tiba di rumah sekitar jam 8 malam. Buunda seneng... karena keliatannya Abang sangat menikmati perjalanan ini. Semoga ada ilmu yang bisa dipetik dan menjadi manfaat buat Abang.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Q.S. Ali ’Imran [3] : 190-191)
Minggu, Mei 21, 2006
da vinci code n new hair style
Hari Jumat, 19 Mei lalu, pulang kerja, aku dan temen2 kantor nonton Da Vinci Code di Plasa Semanggi. Heboh banget, karena orangnya banyak (16 orang!). Saking semangat buat nonton rame2, Rini Welly sampe merelakan dirinya menjadi koordinator (Thanks Rin, inisiatifmu luar biasa, kamu emang tob!). Mulai dari tanya2, siapa aja yang mau ikut nonton, trus ngatur yang beli tiket, sampe ngatur akomodasi alias 'siapa ikut mobil siapa'. Thanks juga buat Lucia Rina, Lies Widhi (n Magda), yang rela makan jauh2 ke Plasa Semanggi hanya untuk beli tiket buat kita semua. Udah begitu, ditalangin dulu lagi sama neng Luci :)
Buat aku, ini menyenangkan banget (suwer!). Ada beberapa alasan, kenapa aku begitu semangat dan menikmati acara nonton kali ini.
(1) Karena sejak 3-4 hari sebelumnya, aku sibuk luar biasa, lantaran si Boss (akan) kedatangan tamu dari luar negeri pada hari Jumat, 19 Mei. Jadilah seminggu itu aku sibuk berat booking-in hotel n pick up service buat tamu2 itu, ngurusin persiapan ruang meeting plus tetek bengeknya (in focus+screen), presentation material (untuk acara sehari penuh n semua bikin baru! Can you imagine that?!). Oh ya, belom lagi dari awal si Boss udah nitip duit buat beli snack, untuk siap2 barangkali tamu2nya minta kopi Stacbucks. N again, thanks for Rini, yang udah banyak mbantuin sejak hari Kamis siang (padahal aku nggak minta bantuannya lho, tapi neng Rini ini emang pengertian abiezz). Bahkan Rini juga yang mesenin snack -padahal udah nyaris jam 530 sore, untung masih keburu-, juga mbantuin persiapan meeting room (karena sampe sore aku masih sibuk ngetik bahan presentasinya). Hehehe, kali aja si Rini udah merhatiin, bahwa makin sore, gue makin celeng. Kelenger bo'! Instruksi si Boss bertubi-tubi kaya senapan mesin. Ini-itu, ini-itu, nggak kasih kita napas (Lucia sampe ketawa2 ngeliatin gw "diserang". Terlalu deh loe Luc, bukannya prihatin...). Ngerti sih, si Boss pastinya mau semua well-prepared. Cuma... tanganku hanya dua... heheheh.
Tambah lagi, hari Minggunya (21 Mei) si Boss kudu berangkat ke Hong Kong untuk training. Soal tiket dan hotel ke Hong Kong sih udah beres dari jauh2 hari. Cuma masalahnya, harpitnas tanggal 26 kan si boss mau mampir ke 'kampung halamannya' tuh. Nha, ini dia nih.... connecting flight dari HK-'kampung halaman'-HK, sector pulangnya waiting list, sementara time limit tiket tanggal 18 Mei (hari Kamis) siang. Mabok nggak seh? Alhamdulillah, menjelang jam makan siang, tiba2 travel agentnya kirim email, bahwa ada 1 seat available, tapi harga agak mahal dikit. N Alhamdulillah lagi, si Boss nggak keberatan dengan harga tsb. Okelah, Kamis siang itu, urusan tiket settled. Subhanallah. Makanya Kamis siang ampe sore, aku udah bisa konsentrasi ama urusan tamu yang mau dateng di hari Jumat.
(2) Karena ini adalah acara nonton "sendiri" tanpa suami, yang "pertama kali" sejak kami menikah. Dan usia pernikahan kami sudah lebih dari 9 tahun. Bahkan ini juga acara nonton "sendiri" tanpa Yan, sejak kami mulai 'jalan bareng'. Terakhir kali aku nonton tanpa Yan, adalah waktu nonton "Jumanji" bareng2 sama temen kantor: Yuli, Britannia plus 1 staf audit yang..maaf ya, lupa namanya...(padahal beli tiketnya titip ama dia, hahaha), di Planet Hollywood. Udah lama banget ya? Hehehe, waktu itupun berakhir dengen ketegangan antara aku ama Yan. Soalnya dia berasa "dikhianati" karena sebetulnya dia berencana nonton film itu ama aku. Dia kan suka banget ama Robin William. Eh... dengan rasa tanpa dosa, gw-nya nyolong start... hihihi, lama juga tuh dia sakit hatinya. Sampe2, mau disewain LD (jaman dulu belom ada DVD kan...) juga nggak mau ditonton hahahaha... deu....segitu sakit hatinya deh :P
Tapi jangan salah, kali ini, aku nonton dengan blessing dari Yan. Kan dia suamiku, jadi sebelum memberi konfirmasi ke Rini (apakah aku join ato enggak), aku udah tanya dan udah dapet ijin dari Yan. Kalo nggak, mana beranilah aku. Makanya, nontonnya tenang... dan bisa menikmati gitu lho...
Sekarang kita cerita soal New Hair Style. Tentunya bukan my hair ato Rini's hair (eh... ngomong2, gaya rambut Rini emang masih baru, kriwil2 nggak niat gitu lho....). Tapi rambutnya anak-anakku. Ceritanya, karena udah tau bahwa hari Jumat bakal super sibuk, aku minta tolong Tante Rini untuk maen ke rumah. Minta tolong ngawasin anak2, soalnya hari Kamis siang, Elang sempet panas (suhu badannya), walaupun kemudian normal setelah diberi Proris. Kemudian, Kamis malam, kira2 jam 830-an aku sampe rumah, Nanda udah tidur. Tapi kemudian bangun dan langsung muntah2. Nggak jelas kenapa. Demam enggak, pusing enggak, siang makan cukup, cuma "perutnya sakit, Bunda" gitu kata Nanda. Ya sudah, sepakat ama Yan, aku minta tolong Tante Rini untuk stand by di rumah, hari Jumat siang. Takutnya anak2 tiba sakit, sementara aku nggak bisa tinggalin kerjaan di kantor. Setidaknya, kalo emergency kudu ke doker, Nenek (Tante Rini) kan bisa bawa anak2.
Alhamdulillah, ternyata Jumat siang, anak-anak semua sehat. Kebetulan kan rambut Fiko udah mulai gondrong, jadi Nenek bawa Fiko ke tukang cukur deket Pasar Kam. Liat adeknya diplontos, kedua kakaknya juga minta dicukur. Maka jadilah mereka bertiga dengan gaya rambut baru.
Mau liat? ini dia .....
...Abang Nanda...
Ini Mas Elang...
Psstt...fotonya diambil saat mereka tidur. Soalnya, Bunda kan baru pulang nonton di Plangi ... ;) Beginilah new hair style mereka. Maklum anak cowok.... gayanya, ya begitu aja.... ya kan? Kalo macem2 malah aneh nggak keruan.
Ini foto dek Fiko ...
Selamet bobo deh, Abang, Mas dan Fiko. Mimpi indah ya, jangan lupa berdoa:
"Dengan namaMu ya Allah aku hidup dan dengan namaMu aku mati." Amin.
(Doa sebelum tidur - h.r. Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya Allah memiliki kekuasaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah. Sungguh, Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi pada masa-masa sulit, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada mereka. [ At-Taubah (9): 116-117 ]
Sabtu, Mei 20, 2006
soto daging cak ali zen
Sebetulnya sih bukan hanya soto daging. Bisa juga daging + jeroan (usus dan teman-temannya). Boleh soto “pisah” yaitu soto dan nasinya terpisah, atau soto “campur”, yaitu nasinya sudah dicampur ke dalam mangkok soto yang kita pesan. Hebatnya, walaupun udah lebih dari 19 tahun jualan (mungkin malah lebih lama dari itu deh…), rasanya masih tetap sama enaknya. Bedanya sekarang harganya lebih mahal, padahal porsinya makin kecil n dagingnya tambah irit.
Barusan aku n Yan baru aja pulang dari makan soto cak Ali Zen. Sekarang harga seporsi soto campur-nya Rp 4000. Dulu sih murah banget. Kalo nggak salah, mungkin hanya Rp 1500. Tapi itu dulu, waktu US Dollar masih kurang dari 2000 kaleee. Yang jualan juga masih sama, walaupun asisten-asistennya udah gonta-ganti orang. Oh ya, harga krupuknya juga masih sama, seribu sebungkus.
Soto Cak Ali emang top. Soalnya di saat kita laper di tengah malam, itu warung masih jualan. Kadang malah lagi rame-ramenya. Pokoknya doi emang setia J
Aku makan di situ dari jaman duluuuu banget. Kalo nggak salah inget sejak masih sekolah di SMP (aku lulus SMP aja taon 1987!). Kayanya yang ngajak pertama kali adalah kakak sepupuku, Kak Ilyas. Dia suka traktir makan disitu. Soalnya kan murah meriah. Makanya mau tambah berapa mangkok juga boleh….
Terus, selepas SMA, kalo sahabat2 SMAku pada main n nongkrong di rumah, n menjelang tengah malam pada kelaparan, jadilah Cak Ali Zen tempat makan favorit kami. Aku nggak ingat, apakah pernah ngajak Ivien n Kelik ke situ. Yang sering sih sama Dodi. Nggak bakal lupa deh, kalo makan sotonya cak Ali, doi kudu 3 mangkok!
Terus, waktu mama ke Kalimantan -ke rumahnya Kak Ilham yang dinas disana- aku, Acho n Endi, sering banget “makan malam” disana (kalo lagi nggak beli nasi goreng di depan Suara Pembaruan).
Terus waktu masa ‘penjajakan’ ama Yan, kita juga sering makan disitu. Maklum, kantong mahasiswa!
Kemudian, setelah menikah dan mengandung Nanda, aku dan Yan juga sering mampir Cak Ali sebelum pulang ke rumah. Soalnya, jam pulang kerja gitu, lapernya minta ampun. Namanya juga ibu hamil!
N setelah punya 3 krucil, kadang aku dan Yan iuga beberapa kali makan disana. Biasanya nggak sama anak-anak, cuma berdua, naik motor…. Yang jelas sih, nggak sesering dulu, jaman masih bujangan :P
Cak Ali emang masih seperti yang dulu. Rasa sotonya, suasananya, termasuk jumlah pengamennya! Bayangin, baru duduk, udah ada yang ngamen. Saat kita ngaduk soto (lagi ngiler-ngilernya tuh…), ada lagi yang genjreng. Ntar, selesai makan, ada lagi yang nyanyi! Kadang gak pake gitar, tapi cuma sambil tepuk tangan. Males gak seh dengernya….. Jadi sambil sibuk makan, kita juga sibuk nolak tukang ngamen. Makanya, Yan suka males diajak makan ke Cak Ali, kecuali kalo pas lagi kangen banget (kaya tadi!) ato saat aku lagi hamil (ngidam? Nggak juga, wong 3 kali hamil, tidak pernah ngidam tuh….). Jadi, kalo makan di Cak Ali, jangan harap bisa leha2 kaya makan di Cafe. Kecuali kalo kita siap dinyanyiin tukang ngamen terus2an…. (medley ya?)
Jadi, kalo kapan-kapan lewat Jembatan Cawang, mampir deh! Dijamin, bakal ketagihan….
“Dari Abu Umamah: ‘Bahwasanya Nabi Saw. Ketika habis bersantap, sambil mengangkat sisa hidangan membaca do’a: ‘Segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya, serta diberkati, tanpa terbalas, dan kami senantiasa membutuhkannya, ya Tuhan kami.” [ HR Bukhari ]
(dari: Riadhus Shalihin)
Selasa, Mei 09, 2006
8 september 2005
Hari Kamis, tanggal 8, delapan bulan yang lalu, Fiko dilahirkan melalui operasi caesar. Jam 06.53 pagi, dengan berat dan panjang lahir 3.485 gram dan 58 cm, ibu dokter Yenni dan timnya membantu kelahiran Fiko.
Subhanallah, bayi laki-laki yang gagah dan sempurna. Wajah dan kulitnya bersih, seperti Mas Elang. Hidung mancung dan mata besar seperti Abang Nanda.
Hari ini, melewati usia 8 bulan-nya, berat Fiko sudah mencapai 8,3 kg (minggu lalu, saat imunisasi HIB) dan Fiko sudah mulai belajar menjejak-jejakkan kakinya ke lantai. Alhamdulillah. Walaupun giginya belum keluar, tapi Fiko sudah pandai makan bubur nasi yang diblender kasar.
Yang selalu Bunda syukuri adalah, walaupun Bunda bekerja sejak pagi hingga menjelang malam (karena biasa sampai di rumah ba’da Maghrib... itupun kalo Bunda & Bapak bisa pulang ontime dari kantor...), dan kita (Bunda & Fiko) tidak bisa bermain bersama di siang hari, tapi... Subhanallah.... Fiko tetep tau, bahwa Bunda adalah ibunya.
Setiap Bunda pulang kerja, Fiko selalu menyambut dengan senyum yang lebar, lonjak-lonjakan, dan kadang celotehan lucu... “hei“, begitu kata Fiko. Alhamdulillah, melihat Fiko yang ceria, dan sambutan Abang Nanda & Mas Elang yang khas (menyambut dengan cara ’ngumpet di balik pintu atau di kolong kursi...), meluruhkan semua kepenatan setelah seharian bekerja.
Semoga Fiko terus tumbuh besar dan sehat ya, nak. Jadi anak yang sholeh dan bertakwa kepada Allah SWT. Jadi pembela agama Allah dan keluargamu, pelindung Bunda, Bapak, kakak-kakakmu, dan kelak keluarga kecilmu sendiri, Insya Allah. Belajar untuk terus menjadi manusia yang pandai. Pandai di dunia, dan pandai bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah karuniakan kepada kita. Amin.
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (Q.S. Al Ahqaaf [46] : 15)
Label: bingkie